Urgensi Menata Niat Dalam Menghafal Al-Qur'an
Urgensi Menata Niat Dalam Menghafal Al-Qur'an
Abdullah bin Mubarok rahimahuillahu berkata:
"Betapa banyak amalan yang kecil menjadi besar pahalanya karena niat, berapa banyak pula amalan besar menjadi kecil pahalanya karena niat"
(Jami al- Ulum wal Hikam hal 12)
Saat ini penghafal Qur'an menjadi hal yang banyak dicita-citakan oleh masyarakat dari berbagai kalangan, mulai dari anak kecil hingga orang dewasa, tak sedikit dari mereka yang turut berlomba-lomba untuk menjadi penghafal Al-qur'an.
Di Indonesia penghafal al-Qur'an atau yang sering disapa dengan hafidz itu pun mulai digemari oleh masyarakat, terlebih setelah trendnya salah satu acara dalam stasiun televisi yang menampilkan para hafiz cilik indonesia. Acara yang berhasil memukau dan merebut perhatian publik itu pun sukses melambungkan eksistensi hafidz qur'an dalam pandangan masyarakat.
Tak hanya sampai disitu, hal tersebut pun ditanggapi oleh beberapa lembaga pendidikan yang memberikan beasiswa untuk para hafidz qur'an. banyak pula instansi yang memberikan peluang tersendiri bagi penghafal qur'an, mulai dari bidang pendidikan, pemerintahan bahkan militer. Menghafal dianggap sebagai sebuah prestasi dan eforia tersendiri.
Sampai detik ini pun masyarakat juga para orang tua berbondong-bondong menitipkan anaknya di pondok pesantren dan juga rumah-rumah tahfidz. Terkait dengan hal-hal tersebut, hal terpenting yang perlu diperhatikan saat ini adalah menata niat dalam menghafal al-Qur'an.
Penghafal al-Qur'an yang sejatinya adalah ahlu qur'an yaitu ahlullah merupakan sang pencari ridho allah. Hafalan yang dapat menjadi lambang cinta seorang hamba pada sang Rabb dengan ayat-ayatnya sebagai washilah, tidak boleh sampai disalahgunakan dan dianggap sebagai profesi ataupun alat untuk meraih hajat-hajat duniawi.
Trend penghafal qur'an yang tentunya berdampak positif pun dapat menjadi bumerang bagi siapapun yang gagal memahami hakikat dan tujuan penghafal al-Qur'an. Oleh karena itu, dalam menghafal al-Qur'an membutuhkan kajian ataupun pemahaman yang komprehensif bagaimana ketentuan-ketentuan yang shohih menjadi penghafal al-Qur'an, juga memahami serta mengkaji ayat-ayat al-Qur'an baik secara tekstual maupun kontekstual.
Menata niat menjadi hal yang sangat urgent dalam menghafal al-Qur'an. sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadis innamal a'malu binniyat yaitu segala amal tegantung dengan niatnya bermakna bahwa setiap amal harus diniatkan karena Allah SWT, bukan karena sesuatu yang lain. Ketika memiliki niat yang baik dan dilakukan untuk mencari ridha Allah SWT, maka akan menghasilkan sesuatu yang baik. Hal ini pun menjadi kunci utama atas seseorang yang membawa al-qur'an itu akan menjadi seseorang yang ditolong atau celaka karena al-Qur'an. seperti yang disebutkan dalam penggalan hadis Rasulullah SAW bersabda:
(القرآن حجة لك أو عليك)
"Al-Qur'an dapat memberi manfaat kepadamu dan mencelakaimu (Imam Muslim, Shahih Muslim, Beirut: Dar Ihya’ al-Turats al-Arabi, tt, hal. 203). Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memperhatikan niat kita bagaimana agar kita dapat mendapat syafaat bukan laknat. Al-Qur'an yang merupakan kalamullah dapat menjadi washilah untuk dekat dengan Allah dan menggapai ridhanya, juga dapat menjadikan kita jauh dan justru mendapat laknatnya, falnaudzubillah.
0 komentar: